Rabu, 09 Februari 2011

Before new life begins

   Unnoticed, was 11 years old I underwent this vocation. Countless happy and sad experiences I've had in seminary. While I struggled to find certainty, my friends have started to find it. I often see the smile of joy from them, as though they were without a load. This makes me often pensive, if my choice is correct or not. Is this the will of God or my own. Jesus said, "your will is not my will". Plan what exactly is being prepared by God for me. Until now I have not found the answer to all questions.
   Back to the matter of the will of God. Am I going through the plan, or whether he was making other plans for me. In prayer I ask Him to showed me the right way and definitely. Then I began to reflect on my experiences that day and asked if God had answered. But it is still hard for me to understand that it is an answer or just a guess from my mind. Is it true that God has reminded me to stop in this option and begin to focus on other options or this is just one of the hardest exam I have to face in order to achieve that goal. Do I have the old one vote and the Lord incessantly reminding me.
It makes me difficult to make the right decision.
   Many of the people and friends are always giving spirit and motivation for me. Very clear that they wanted me to stay at the options that were I go through this. I realized that they indeed can not force me to stay loyal because they know that the decision was there with me. One of the reasons that made me stay is that, to realize their hopes. But, until when I keep that hope. On the one hand, I was glad when they are happy with my service, but on the other hand I feel there is something wrong with this. Their hopes turned out to feel like a burden in my life. I do not want them to be disappointed when I could not meet their expectations. I have always longed to serve them as far as I can, because then I can take part in the task of Christ in this world. However, increasingly today, the struggle is getting heavier and not sure anymore, so I thought that I might have wasted my time with useless.
   Last month my friend had made an important decision in his life, and it would make her feel calm because he was free from doubt. I told him that every major decision that requires greater consequences. Now, that saying applies to me. Am I brave enough to choose another path, or whether I remain in this uncertainty while waiting for when he'll end. Meanwhile, the situation at the seminary has not been so clear. Some of my friends are still in doubt because of the attitude of the staff that are less serious. I am sure that they have been working with the best skills they can give, but unfortunately, the staff did not look like that. This is one reason for me to break away from this vocation. (to be continued)

Readmore »»

Kamis, 27 Januari 2011

Renungan Minggu Biasa IV

Berbahagialah Orang Yang Miskin di Hadapan Allah, Mungkinkah?
Ucapan berbahagialah dalam Injil hari ini agak terdengar idealis, sehingga banyak dari kita yang mengabaikan sabda ini. Sebagai manusia, tentunya hidup bahagia dan sejahtera di dunia ini adalah impian dari semua orang, pun juga bahagia di akhirat nanti. Setiap orang ingin hidupnya berkecukupan, sejahtera dan sehat walafiat. Bahkan ketika karir atau jabatan naik, orang merasa bahagia dan tak jarang mengadakan syukuran dan ibadah bersama. Orang yang miskin bercita-cita untuk menjadi orang yang kaya, dan orang yang kaya pun berusaha mempertahankan kekayaannya. Kalo kebahagiaan dari segi materi sudah mencukupi, barulah orang mengejar kebahagiaan dari segi yg lain seperti spiritual dan psikologis. Karena itu wajar jika setiap orang tua berusaha agar anaknya boleh hidup bahagia dan menikmati hidup yang mapan. Sampai sekarang orang-orang, termasuk orang Kristen, percaya bahwa hidup yang nyaman, menyenangkan dan baik-baik adalah hidup yang "penuh berkat". Ini adalah ukuran umum dari kebahagiaan di dunia ini.

Kalo demikian, apakah sabda bahagia ini cuma surga telinga saja bagi orang yg lemah, miskin dan sedang menderita? Apakah hanya sekedar kata-kata penghibur saja? Atau ada maksud lain yang ingin dikatakan Yesus? Yesus tidak pernah melarang orang untuk menjadi kaya. Dia pun tidak pernah menghendaki agar orang menjadi miskin di dunia ini. Yang dikehendaki Yesus ialah agar orang tidak terlena dengan kebahagiaan semu/sementara, tetapi selalu mengingat kebahagiaan sejati. Kebahagiaan sejati dicapai ketika orang sudah berkumpul dalam Kerajaan Allah, bahkan memiliki Kerajaan Allah. Tidak satu pun orang yang kaya di hadapan Allah, maka setiap orang harus menyadari bahwa ia adalah orang yang miskin di hadapan Allah. Karena kemiskinan secara rohani inilah maka setiap orang berseru dan selalu bergantung pada Allah. Orang membiarkan dirinya untuk dituntun oleh rahmat Allah, karena ia sadar akan ketidakberdayaannya. Hal ini sesuai dengan realitas bahwa orang yang sombong, yang merasa diri hebat dan selalu ingin dihormati, merasa lebih tinggi dari orang lain dan memandang rendah orang lain, seringkali  sulit untuk merendahkan diri dan percaya pada Tuhan. Padahal ketika orang mati, ia tidak punya apa-apa lagi (sesuatu yang seringkali dilupakan orang).
Kalau demikian, bagaimana kita bisa mewujudkan sabda bahagia ini dalam kehidupan sehari-hari? Kemampuan kita memang berbeda-beda, ada yang punya banyak uang ada yang tidak, tetapi setiap orang tetap bisa memberikan diri mereka, baik itu lewat perhatian, lewat doa-doa, sikap yang santun dan menghargai orang lain, dan tentu saja kita dapat mengasihi orang-orang yang membutuhkan di sekitar kita. Kerendahan hati di hadapan sesama akan menghantar kita pada ketulusan dan "kemiskinan" di hadapan Allah. Kita semua ingin termasuk yang empunya Kerajaan Surga bukan? Mulailah berusaha.

Readmore »»

Minggu, 19 Desember 2010

Sejarah Kandang Natal dan Pohon Natal

      Perayaan Natal (dari kata Latin Natus, yang artinya kelahiran) identik dengan berbagai ornamen-ornamen yang meriah. Sebut saja yang paling lazim ialah pohon natal dan kandang natal. Hampir di setiap Gereja dan rumah-rumah orang Kristen dan Katolik terdapat pohon natal dan kandang natal. Bagi beberapa orang, natal tanpa ornamen-ornamen seperti itu terasa tidak lengkap atau tidak meriah. Bahkan di beberapa tempat, orang-orang mulai memodifikasi ornamen-ornamen tersebut, sekedar mencari perhatian atau membuat rekor, misalnya pohon natal tertinggi, pohon natal dari bahan-bahan unik, atau kandang natal yang besar dan unik.
     Tidak salah memang jika orang begitu antusias dengan ornamen-ornamen natal tersebut, tetapi janganlah itu menjadi suatu kewajiban yang mengikat, sebab itu bukanlah suatu keharusan tetapi hanya merupakan tradisi dari budaya tertentu yang meluas dan populer hampir di seluruh penjuru dunia (kecuali Arab Saudi barangkali). Oleh karena itu, baguslah kalau sambil kita berkreasi dengan pohon natal dan kandang natal kita juga tahu sejarah dan makna dari pohon natal dan kandang natal.
      Pohon Natal yang pertama kali dibuat oleh Pangeran Albert dan istrinya, Victoria dari Jerman. Waktu itu pohon Natal dihiasi lilin dan digantungkan aneka permen serta kue-kue Natal. Lilin-lilin untuk menunjukkan pada anak-anaknya bagaimana bintang-bintang berkilauan di langit yang kelam. Dan seiring dengan waktu, pohon Natal pun didekorasi dengan hiasan-hiasan menarik. Sedangkan sejarah kandang Natal bermula dari Santo Fransiskus dari Assisi, pendiri ordo Fransiskan. Pada 1223, Fransiskus merayakan Natal di daerah Greccio, Italia, dan menyajikan kembali situasi kelahiran Yesus di dalam kandang di Kota Betlehem."Gereja Katolik banyak menggunakan simbol seperti patung dan kandang Natal lebih untuk mengingatkan lahirnya Tuhan Yesus". Tradisi ini kemudian berkembang luas di wilayah Eropa dan akhirnya di Gereja-gereja Katolik di Indonesia (yang aslinya memang dari Eropa). Selamat berkreasi
!

Readmore »»

Senin, 13 Desember 2010

Christmas Fishing 2010: "Datang naik ojek, pulang bawa motor baru"

  
    Pagi itu, minggu 12 Desember, sekelompok muda mudi tampak sibuk mempersiapkan diri di pinggir sebuah kolam pemancingan. Mereka adalah muda-mudi Katolik (mudika) paroki YGB, yang pada hari itu hendak mengadakan lomba mancing yang bertajuk "Christmas Fishing 2010". Kegiatan ini diadakan dalam rangka pencarian dana untuk Pertemuan Berkala Mudika Keuskupan Manado pada tanggal 29 Juni - 3 Juli 2011 nanti. 
justify;">     Tepat jam 09.00 pagi, lomba tersebut dimulai dengan doa pembukaan oleh salah seorang anggota panitia. Setelah itu mulailah para "mancing mania" menguji kelihaian mereka dalam memancing ikan. Sekedar diketahui bahwa yang menjadi juara dalam lomba ini adalah dia yang memperoleh ikan dengan bobot terberat di atas 1 kg.  Para peserta lomba pun diberi kesempatan memancing sampai pukul 16.00 sore, dan yang berhasil mendapatkan ikan Mas yang terberat akan mendapat hadiah 1 unit motor Honda Vario, disusul lemari es dan televisi 21" untuk juara II dan III.
     Ketika waktu sudah menunjukkan pukul 15.59 beberapa orang mudika tiba-tiba membentuk barisan dan mulai berdansa "poco-poco" sambil diiringi musik dari electone. Ya, ekspresi spontan dari beberapa mudika tersebut mau menandakan bahwa lomba akan segera berakhir dan pengunguman juara akan dimulai. Lomba tersebut akhirnya dimenangkan oleh bpk. Charles Tulus, yang memperoleh ikan dengan berat 2,8 kg. Dalam suasana yang gembira tersebut "om Tulus", begitu ia biasa disapa, spontan berkata "datang naik ojek, pulang bawa motor baru". Orang-orang pun tertawa sambil memberikan selamat dan aplaus yang meriah bagi om Tulus. Semoga kegiatan ini boleh memberi kegembiraan bagi orang lain dan dana yang cukup bagi panitia Pertemuan Berkala Mudika Keuskupan Manado. 

Readmore »»