Cafe Rohani

Renungan Minggu Adven III

KESABARAN YANG MEMBUAHKAN SUKACITA

Hari ini kita telah memasuki minggu adven yang ketiga. Minggu ini sering disebut juga “Minggu Gaudete” yang artinya “minggu bersukacita”. Oleh karena itu bacaan-bacaan yang kita dengarkan pada hari minggu ini mengajak kita untuk bersukacita sebab kedatangan Sang Juruselamat sebentar lagi akan tiba. Pertanyaannya, mengapa kita harus bersukacita?
Bagi sebagian orang, bersukacita pada saat ini adalah hal yang tidak mudah. Saat ini negara dan kota kita banyak ditimpa bencana. Banyak korban, kelaparan, kejahatan dan penindasan yang kita jumpai. Acap kali juga orang sukar untuk bersukacita karena orang merasa hidup batinnya sesak, tidak merdeka, ada keterbatasan ruang gerak, beban pekerjaan yang begitu berat, orang-orang muda kehilangan harapan. Demikian pula hidup rohani saat ini kerap ditandai dengan kebutaan, ketulian, serta keterlambatan batin. Dalam keadaan ini orang butuh pertolongan agar melihat kembali, mampu mengerti dan bisa berjalan cepat mengejar ketinggalan. Jadi, apakah masih mungkin untuk bersukacita!
Bapa-ibu, saudara-I, yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus.
Sebenarnya, apa yang dialami oleh sebagian orang tersebut, tidak jauh berbeda dengan apa yang dialami oleh umat Israel pada masa pengasingan, sebagaimana yang terungkap dalam bacaan I. Umat Israel ditindas dan menjadi budak di negeri yang asing. Mereka kehilangan harapan, yang dulunya mereka yakini akan membawa sukacita dan kemakmuran. Saat itu pasti sulit bagi mereka untuk bersukacita, karena yang dialami adalah kesulitan dan penderitaan hidup yang seakan-akan tak ada akhirnya.
Dalam situasi demikian, Yesaya pun datang dan menyerukan keselamatan bagi umat yang menderita. Ia menyerukan berita sukacita penyelamatan bagi umat Tuhan dengan kiasan-kiasan yang dalam. Tanda-tanda yang akan terjadi dalam penyelamatan itu adalah: mata orang buta akan dicelikkan,
telinga orang tuli akan dibukakan, orang lumpuh akan dapat berjalan dan orang bisu akan bersorak-sorai. Bagi Yesaya dalam menunggu penyelamatan Allah yang penting adalah: Bagaimana umat tidak menjadi lesu, takut dan tawar hati. Maka umat didorong dan dimotivasi untuk bersabar dan menguatkan diri agar jangan takut, jangan tawar hati, jangan goyah. Kesabaran lambat laun akan membuahkan kegirangan dan sukacita.
Seruan yang sama pula kita temukan dalam bacaan II. Kesabaran akan mendatangkan sukacita. Kesabaran yang dimaksudkan Yakobus dicontohkan dengan gambaran seorang petani. Dengan segala kesabaran dan ketekunan ia melakukan tugasnya dalam hal menanam bibit, menjaga, memelihara dari musim satu ke musim yang lain. Hasil dari kesabaran itu pun akan membuahkan panenan yang berharga.
Demikian pula dalam bacaan Injil hari ini. Diceritakan bahwa Yohanes yang berada dalam penjara mulai sedikit ragu tentang kepastian bahwa Yesus adalah mesias, sehingga dia menyuruh murid-muridnya untuk pergi dan bertanya kepada Yesus, “So ngana itu torang yang ada tunggu2, atau torang musti batunggu lagi”. Sambil menggenapi apa yang dinubuatkan Yesaya, Tuhan Yesus pun menjawab pertanyaan itu, “ngoni pigi bilang pa Yohanes apa yang ngoni dengar deng lia, itu orang buta so balia, itu orang lumpuh so bajalang, itu orang pongo so badengar, itu orang kusta so bae, itu orang mati so kase bangkit, itu orang-orang miskin so dengar kabar baik. Berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan tidak menolak Aku.” Pengharapan dan penantian Yohanes ternyata tidak sia-sia dan tidak mengecewakan, meskipun Yohanes dalam kondisi mengenaskan di penjara. Dalam lubuk hatinya, Yohanes pasti bersukacita karena dia memperoleh kepastian “so Dia itu mesias yang kita ada tunggu2, nda percuma kita cma makan boto2 dan madu hutan, nda sia-sia kita tinggal di padang gurun, nda sia-sia kita menderita dalam penjara.”
Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus.
Sabar adalah kata yang mudah diucapkan tetapi sulit untuk dilakukan. Sebab sabar menuntut pengorbanan dan kerendahan hati. Kesabaran sangat dibutuhkan dalam hal menanti atau menunggu. Banyak orang sekarang yang sering kehilangan kesabaran dan mengambil jalan pintas atau memilih sesuatu yang bersifat instan. Apalagi tuntutan zaman sekarang yang lebih mengutamakan hasil daripada proses. Anak-anak tidak mau belajar tapi menghendaki nilai yang baik, akhirnya menyontek. Orang-orang ingin cepat kaya tapi malas bekerja, akhirnya korupsi, mencuri, menipu. Orang ingin masuk surga tapi enggan untuk berbuat baik. Orang Katolik ingin dosanya diampuni tapi tidak mau datang mengaku dosa.
Masa Adven merupakan masa penantian. Ada hal-hal penting yang perlu dibangun dalam masa penantian, tentang sikap pertobatan sekaligus kesabaran umat dalam menyongsong natal dan menantikan kedatangan Kristus yang sesungguhnya. Kalau kita mau jujur sebenarnya hidup yang kita jalani ini juga merupakan penantian panjang dalam menunggu kedatangan Tuhan. Apa yang harus kita lakukan dalam menunggu kedatangan-Nya? Apakah kita cukup hanya diam menunggu, berkumpul dan berdoa secara terus menerus? Melupakan tugas dan tanggung jawab kita untuk berkarya nyata dalam dunia. Pokoknya menunggu, menunggu dan menunggu. Tentu tidak demikian. Dibutuhkan keseriusan kita dalam menunggu kedatangan-Nya. Banyak hal yang dapat kita kerjakan dalam menunggu. Setidaknya dalam kehidupan kita masing-masing sambil menunggu kedatangan-Nya, banyak hal yang dapat kita kerjakan. Maka dengan minggu advent ini kita diajar untuk belajar bersabar dan bertahan dalam menanti kedatangan Tuhan. Mungkin kita akan bertanya sampai kapan kita terus bersabar, bukankah sabar itu ada batasnya. Agaknya kalau kita cermati ungkapan itu tidak sedikit yang terus mempertanyakannya. Karena dalam hidup seringkali Tuhan dipandang tidak peduli terhadap umat. Memprotes tindakan Tuhan yang diam yang seolah-olah membiarkan umat merana di dalam penantian panjang dengan berbagai macam masalah yang dihadapinya. Apalagi pada jaman sekarang ini hidup dirasa menjadi semakin sulit. Karena berbagai macam persoalan yang terus menerus kita hadapi. Pergumulan kita: Betulkah Tuhan diam dan seolah tak menghiraukan kita? Yah dengan cara bersabar menunggu kedatangan-Nya kita memiliki pengharapan dan suka cita. Selama menunggu mari kita lakukan apa yang menjadi tugas dan tanggung-jawab kita di dalam dunia. Tanpa harus bersungut-sungut apalagi menggerutu, karena orang sabar dikasihi oleh Tuhan. Amin.

Readmore »»